Catatan 4: Baper saat Ditanya Kapan Nikah
Fase dalam hidup ketika mulai banyak menerima pertanyaan yang diawali "kapan" itu ternyata memang ada ya. Terhitung sejak dua tahun yang lalu, aku memasuki fase tersebut.
Sampai saat ini, aku baru berhasil melewati satu pertanyaan "kapan", yaitu "kapan lulus?". Sisanya aku hanya bisa menjawab ya kapan-kapan haha. Termasuk di dalamnya "kapan nikah?"
Melihat saudara dan tetangga dengan jarak umur tidak terlalu jauh satu per satu mulai mengikat janji dengan pujaan hati, ditambah undangan nikah dari kawan sd-kuliah yang bergiliran menghampiri, aku sadar kalau mau tidak mau aku memasuki fase itu. Fase menjawab "kapan nikah?"
Aku pernah di tahap super duper sensi kalau udah ada yang nanya pertanyaan keramat itu.
Aku merasa orang-orang di sekitarku mulai ribut bertanya, ditambah dengan ekspresi kasihan karena melihatku yang masih asyik sendiri di saat rekan seusiaku mempersiapkan pernikahannya.
Apalagi ibuku sendiri seolah meragukanku, setiap pembicaraan yang nyerempet dikit aja soal pernikahan selalu diakhiri dengan doa semoga anaknya segera mendapat jodoh yang baik.
Wajar sebenarnya seorang ibu berdoa untuk anaknya yang jomblo bertahun-tahun ini, tidak terlihat dekat dengan lawan jenis, bahkan di dunia maya sekalipun.
Tapi ya namanya orang lagi sensi, semuanya terasa salah. Rasanya pengen ngomong ke dunia, "Aku tuh bukannya gak laku ya, tapi emang belum ada yang jodoh aja." Setidaknya itulah isi hatiku.
Kalimat di fyp tiktok "Aku cuma belum nikah, bukan jatuh miskin" lengkap sudah mewakili perasaanku.
Sebenarnya usiaku juga masih muda, masih pengen mengeksplorasi banyak hal juga. Bagiku memang menikah tidak harus cepat yang penting tepat.
Walaupun sekali dua aku bertanya-tanya, hmmm kapan ya giliranku tiba? Apa benar aku tidak se worth it itu untuk diperjuangkan? Mengingat jalan percintaanku yang belum pernah mulus.
Tapi yaudahlah gapapa, dibandingkan meratap, lebih baik banyak berharap dan tentunya sebaik-baik tempat meletakkan harap hanya pada Allah semata. Toh, aku sadar 100%, menikah itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, aku perlu mempersiapkan banyak hal. Memantaskan diri kalau kata orang-orang.
Ah curcolan soal jodoh itu selalu menarik ya, di circle manapun itu. Aslinya aku mau bahas soal respon menghadapi pertanyaan "kapan nikah", eh curhatannya malah kepanjangan.
Setelah menjernihkan hati dan pikiran, belajar mengelola emosi, serta menanamkan mindset bahwa aku tidak lagi diserang, akhirnya aku bisa menjawab pertanyaan sensitif itu dengan kepala dingin.
Jawabannya sih standar, "doain aja", cuma kan keliatan ya mana yang kesel sama enggak. Aku bisa lebih santai, bahkan sambil tersenyum manis.
Aku gak lagi dihabisin, mereka hanya bertanya kabar, simple aja gitu gak dipikir kemana-mana. Malah harusnya bersyukur kalau habis itu beneran didoain, itung-itung nambah doa baik buat aku, siapa tau kan diijabah?
Komentar
Posting Komentar